Disiang yang terik itu aku mengayuh sepedaku menuju tanah kosong dekat taman kota. Aku terus mengayuh dengan cepat. Hatiku gundah, bingung dan gelisah. Ucapan Sisiel terus - menerus terngiang di telingaku. Aku selalu bertanya – tanya dalam hati, apakah yang diucapkan Sisiel tadi benar? Apa dia bisa dipercaya?
Sebuah tanda tanya besar di benakku.
Aku mengayuh sepedaku dengan cepat, kau ingin sampai ke tempat itu. Memastikan hal tersebut. Aku ingin cepat sampai kesana.
Akhirnya sampai, sepedaku berhanti kukayuh. Kulihat Alif berjalan ke arahku. Sendirian. Alif melewatiku.
Ada apa ini?
Apa benar yang dikatakan Sisiel?
“Lif”, Aku memanggilnya dengan suara sedikit serak.
Alif hanya menengok dan tersenym ke arahku lalu berjalan.
Aku tertunduk diam. Ternyata benar.
Y 1 Y
Hari ini aku berangkat diantar kakakku. Ban sepedaku kempes sehabis aku pulang dari tanah kosong kemarin.
Sesampainya di sekolah, aku duduk di bangku taman. Dari kejauhan tampak Erlie manghampiriku dengan raut wajah berseri.
“Hai Dri..”, Sapanya.
Adri, itulah namaku. Lengkapnya Adriana.
“Oh hai juga..”, jawabku. “Kamu kayaknya bahagia banget?”
“Ya… gitu dech.. kemarim aku ditembak sama Alif..”
Deg! Jadi benar!
“Ba...Bagus dong… kamu pasti merima dia…”, Jawabku kagok
. “Seperti yang kau liat…”, Dia tersenyum manis di hadapanku.
Dari kejauhan Alif berjalan menghampiri kami berdua. Aku terdiam, jantungku rasanya copot. Kenapa aku ini? Bukannya ku bahagia melihat temanku punya pasangan? Serasi lagi?
Ya… aku bahagia, apa lagi seorang Alif yang selalu di cap sebagai cowok yang terdingin di sekolah tiba – tiba menembak cewek tercantik di sekolah. Bukan hal yang wajar kan?
Kembali ke cerita.
“Lif, selamat ya.”, Ucapku dengan nada sedikit berat. Lalu kususul dengan seyuman yang agak memaksa. Walau terkesan salting.
Alif hanya tersenyum tipis.
“Yuk sayang kita ke kelas dulu”, Ajak Erlie sambil menggandeng mesra tangan Alif. “Aku sama Alif ke kelas dulu ya?”, Pamitnya padak.
Wajar saja Alif milih Erlie jadi pasangannya. Dia kan cantik, pinter, ketua Cheerleader, berbakat, dan so perfect. Dibandingkan aku?
Ahhhh! Mikir apa aku ini? Impossible is nothing for me?! Bisa sajakan?
Aku beranjak dari dudukku dan berjalan ke kelas. Sampai di koridor depan kelas, aku sedikit melirik ke samping, kelas Alif dan Erlie.
Sangat mesra. Tapi kok yang sering ngomong Erlie? Hus! Mikr apa aku ini! Alif kan memang jarang ngomong?!
Kulangkahkan kakiku ke kelas.
Dalam kelas
“ADRIII!!! Iya kan apa yang aku omongin kemarin?”, Teriak Sisiel.
“Ya”, Jawabku singkat
“Lalu???”
“Lalu apa?”
“Kamu gak bertindak?”
“Bertindak?”
“Iya? Bukannya kamu diduain?”
“Yang diduain siapa?”, Dasar tukang gosip,runtukku dalam hati.
“Ya kamulah..bukannya kamu pacarnya Alif?”
“Sapa yanmg pacaran? Orang aku sama Alif cuma temen”
“Lho bukannya…”
“Eh, bu Apri datang”
Y 2 Y
Sekolah mulai sepi. Hanya anak – anak yang menerima pelajaran tambahan dari guru yang masih bersantai – santai di teman sekolah. Aku masih menunggu jemputan kakakku di depan gerbang sekolah.
Sebuah sepeda menyentuhku dari belakang.
“Hei!”, Sentakku
“Ups, sory”
Alif! Ngapain dia masih disekolah?
“Nunggu mas Darma ya? Nebeng aku aja?”
Bib…bib…bib…
Handphoneku berdering.
1 Message
Received
Dri km plng ma tmn
km aja. Mas g bs
jmpt.
Sender : D@rm4 0’oN
Aku mengumpat dalam hati.
“Gimana?”, Nadanya sedikit memaksa
“Oke, tapi aku terpaksa”
Aku mulai duduk di besi bagian depan jok sepeda. Maklum sepeda cowok.
Alif mulai mengayuh sepeda.
Y 3 Y
“Lif, kamu mau bawa aku kemana? Arah rumahku kan ke kiri?”
“Udah diem aja!”
“Lif!”
“Diem!”, Dia membentakku
Deg!
Untuk pertama kali ini aku dibentaknya. Akupun tediam, terkatup dan lesu.
Sepeda berhenti di depan tanah kosong.
“Turun!”, Suruhnya.
Dia merogoh saku, mengambil handphone dan menelephon seseorang.
“Cepetan ke tanah kosong. Sekarang!”
Telephone terputus.
Aku hanya bisa terdiam.
Sesaat kemudian Erlie datang naik mobilnya. Menghampiri kami dengan sorot mata agak mencurigai kami.
“Ada apa?”, Tanyanya sinis.
“Aku mau ngomong sama kalian berdua”, Jawabnya
Aku terus terdiam. Tidak mengerti apa maksud dari Alif.
“Kami berdua? Muksudnya aku dan Adri?”
“Er, sory kalo aku ngecewain kamu”
“Maksudnya?”
“Biarkan aku ngomong dulu!!!”
Aku masih terdiam.
“Aku udah bohongin kamu. Aku tau kamu suka aku. Buku harianmua nggak sengaja aku buka waktu kamu ke kantin. Waktu ini aku sama anak – anak lagi ngusilin Bagus, lalu… aku nggak sengaja baca diary kamu. Ferdy merampas diary kamu, dan mulai membacanya. Ferdy taruhan aku nggak akan berani nembak kamu. Kalo aku berani aku dapet voucer makan gratis di Oriental.. sory Er, aku Cuma mainin kamu. Kau nggak cinta sama kamu.”
“Lif… kamu itu..”
Plak!
“Jadi kamu milih Adri?”, ucapnya disela dera tangisnya.
Aku kaget. Bingung.
“Adri! Asal kamu tau aja, setelah hal ini aku benci banget sama kamu. Kamu udah bikin hidup aku menderitra”, Sambil menuding ke arahku.
“Apa – apaan sih kamu Lif”, tanyaku bingung.
“Sory Dri, aku nggak bisa cinta sama Erlie, aku cinta dan sanyang Cuma sama kamu.”
“Lif?”
Erlie berlari menuju mobilnya.
“Lif, apa yang kamu katain tadiitu bener?”, Tanyaku ragu.
“Ya.. aku nggak akan berubah. Aku saying kamu.”
Kalimat itu membuatku reflek memeluk Alif.au bahagia, tapiaku juga menyakiti hati Erlie.
“Aku nggak akan berubah, dan selalu menyayangimu.”
THE END
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar