The Day For Heart

Sabtu, 14 Februari 2009

“Shysa, cepetan ke bawah. Sarapan…”

“Iya bu”

Aku bergegas keluar kamar. Gara – gara kejadian selama aku tak bisa tidur dan bangun kesiangan. Di dapur hanya ada Fahya dan ibu.

“Fahya? Jam berapa kamu nyampe rumahku?”

“Baru aja. Tadi aku ditawarin sarapan sama tante Tari, ya udah aku ngikut aja”

“Udah kalian jangan ngobrol terus, keburu siang. Nih nasi gorengnya”, Kata ibu.

“Mas Ardhi mana bu?”

“Tadi pagi waktu subuh mas mu keluar sama temennya, katanya mau lari pagi. Tapi sampek sekarang belum pulang. Nggak tau kemana.”

“Mas kamu pulang ya?”

“He-eh sama temennya.”

“Ooh”

Kami pun selesai sarapan dan segera berangkat. Sampai di depan rumah..

“Pagi adekku sayang…”, Sapa mas Ardhi sambil mencubit pipiku. “Pagi Fahya”

“Ihh… Apa – apaan sih? Bau tau. Sana mandi.”

“Pagi Shysa…”, Sapa Syeka.

“Eh”, Aku deg – degan lagi

“Gue berangkat dulu ya”, Pamitku cepat.

Saat di dalam bus kota.

“Sa cowok tadi kan yang kemaren tabrakan ama kamu?”

“Iya…”, Jawabku ogah – ogahan.

“Kok ada di rumahmu? Dia ya teman kakak kamu. Ganteng banget.”

“Kamu suka?”

“Eh”, Ada semburan merah di pipinya. Fahya malu. “I-iya…”

“Ya udah… kasih aja cokelat mumpung sekarang valentine”

“Eh”, dia salah tingkah lagi. “Emh, betewe, kamu nggak diajakin jalan ama kak Adri? Sa… Kamu kok nggak jawab? Sa? Kamu ngelamunnya? SHYSA?!”

“Eh iya!”, Aku tersadar. Aduh kenapa aku mikirin Syeka? Apa aku suka sama dia? Tapi Fahya kan suka? Masak sih aku makan Fahya?

“Shysa…”

“Eh iya?”

16.45, 14 Februari 2009

Sore itu aku dikejutkan dengan kedatangan kak Adri ke ruMah. Aku baru keluar dari kamar mandi, tiba – tiba saja Syeka muncul di hadapanku ketika aku membuka pintu kamar mandi.

“Tuh, ada cowok lo… mau kencan ya?”, Katanya tiba – tiba.

“Siapa?”

“Liat aja sendiri”, Nada suaranya tak suka dengan pertanyaanku.

Langsung saja aku pergi menuju ruang tamu.

“Kak Adri, ngapain kesini… aku kan udah bilang…”

“Aku tau kamu bakalan nggak mau aku ajak tapi pliiiis… Beri aku satu kesempatan… yah”

“Ya udah aku siap – siap”, Kataku akhirnya.

“Lo cowoknya Shysa ya?”, Tanya Syeka yang sedari tadi menguping pembicaraan di belakang pintu kamar mandi, tak jauh dari ruang tamu.

“Nggak sih… Tapi mau! Do’ain yah…”

“Pede amat lo?”

“Eh kalian lagi ngomongin aku ya? Kok serius amat?”, Tanyaku. Aku hanya memakai T-shirt putih bergambar Inuyasha cubby, celana hitam panjang dan bando putih.

“Eh nggak kok, udah siap?”, Tanya kak Adri

“He-eh”

“Kita mau kemana?”, Tanya suara di sebelahku, Syeka

“Kita?”, Tanyaku dan kak Adri balik ke Syeka.

“Iya, tadi tante Tari nyuruh aku ngikut kalian, buat njagain kalian.”

“Emang kita mau ngapain?”

“Dari pada kalian nggak boleh jalan?”

“Ya udah deh, kita jalan bareng…”

“Tapi Sa?”, Kak Adri nggak terima

“Dari pada nggak boleh jalan ana ibu?”

Kami bertiga pun berangkat.

17.30, 14 Februari 2009

Kak Adri sedang mengantri tiket di boskop. Setelah dia dan Syeka adu mulut tentang film apa yang akan kami tonton, kak Adri ingin kami melihat film The soul of my heart, tentang cinta, dan si Syeka milih August Rush film tentang pencarian jati diri. Dan pastinya pemenangnya adalah si Syeka dengan senjata pamungkasnya “Kata tante Tari, Shysa nggak boleh liat film yang ada ciumannya, ntar gue aduin di tante Tari loh”. Kontan saja kak Adri ngalah.

Bioskop hari ini sangat ramai, karena hari ini adalah hari Valentine. Aku duduk di sisi pinggir kursi tunggu panjang. Syeka ada di samping ku, dia tak dapat tempat, karena penuh sesah, jadi dia hanya berdiri di sampingku.

“Hari ini rame banget ya”, Komentarnya. Aku hanya diam. “Mumpung si kakak kelas lo yang ngotot pengen jadi cowok lo lagi ngantri, mending ikut gue yuk.”, Aku melotot. Dia menarikku menjauh dari keramaian bioskop ke parkiran.

“Kita mau kemana nih?”, Tanyaku bingung.

“Udah diem aja”

“Tapi kak Adri masih…”, Tak ada jawaban. Malah Syeka makin kuat menarikku.

Hey, kenapa motor Syeka ada disini? Aku ingin menanyakan hal itu, tapi dia keburu menyalakan motornya dan menyodoriku helm.

“Pakek nih helmnya. Cepetan naik.”

Aku menurut saja. Dia mulai menjalankan moitor keluar dari parker bioskop menuju ke jalan raya. Masuk ke tol entah apa itu, kaca film helm yang ku pakai samar. Dia, melesat menembus malam bak Valentino Rossi balapan di sirkuit Tak berapa lama motor Syeka keluar

dari tol. Menuju ke jalan raya, ke jalan – jalan sempit sampai ke jalan setapak yang hanya bisa dilewati satu mobil saja. Syeka memperlambat laju motornya.

Alamak. Indah benar Pemandangannya. Hanya itu yang kuucapkan. Di sisi samping kananku terdapat laut yang membentang luas. Motor Syeka keluar dari jalan setapak menuju ke bawah. Dia menghentikannya. Aku turun.

“Ayo ikut gue”

Aku terus saja mengikutinya.

“Ka, maksud lo apa?”

“Ssstt. Ikut aja”

Mataku terbelalak, Syeka naik perahu motor.

“Ayo masuk!”

“Tapi”,Aku ragu – ragu.

Mata Syeka melotot, aku pun menurut. Dia mulai menjalankan perahu motornya. Perahu motor kami terombang - ambing terkena ombak. Sampai di tengah lautan, dia mematika perahu motornya.

“Sa, gue mau ngomong. Lo itu orang paling nyebelin yang pernah gue kenal tau nggak! Lo kira gue suka apa ketemu ama elo? Gara – gara elo, urusan gue jadi berantakan!”, Aku kaget. Kenapa dia marah – marah?

“Maksudnya apa?”, Aku bingung.

“Gara – gara lo nabrak gue di Swalayan, semua urusan gue ancur berantakan! Lo itu udah berantakin gue! Lo itu udah bikin gue hanpir mati!”

“Ta tapi”

“Nggak usah nyangkal! Lo itu udah bikin hati gue menderita…”, suara Syeka mulai melunak.”Lo udah bikin gue mati rasa gara – gara lo… gue… gue suka elo… Sa…”

“A-a-pa?”

“Sa, gue tau lo nggak bakalan nerima cinta gue, gue udah nggak tau lagi gimana ngomong ke elo…”

“Ka, sory”

“Udah nggak usah bilang ke gue, plis, biarin gue nyeselin kebodohan gue…”

“Ka, gue… sebenernya juga suka lo, tapi aku nggak bisa…”

“Kenapa?”

“Karena… karena temen gue ada yang syka sama elo… sory Ka, gue nggak bisa”, Aduh, kenapa aku ngomong ke Syeka?

“Jadi… Kita pulang!”

“Tapi?”

# # # #

Minggu, 15 Februari 2009

Kutahu aku telah mencintainya

sebelum cahaya merekah untuk pertama kalinya dalam kehidupanku.

Kutahu aku semakin mencintainya saat cahaya memancar indah,

memberi berbagai warna dalam kehidupanku.

Dan kutahu aku tetap mencintainya

walau kini cahaya tak lagi memberikan keajaiban warna dalam kehidupanku.

Bagiku, dialah cahaya abadi dalam labirin kegelapan

yang menyelimutiku kini.

Aku bangun kesiangan. Jam 9 pagi aku baru keluar kamar. Tadi malam kak Adri meneleponku ke rumah. Aku tak dirumah. ibu tak memarahiku. Mungkin karena aku pulang dengan Syeka. Kak Adri juga menelepon Hp-ku 12 kali. Sebelum aku tidur, Hp-ku kumatikan.

Yang kutahu, Syeka pamit pulang ke Surabaya setelah subuh. Semalam, aku bermimpi Syeka terbelah menjadi dua. Yang pertama memakai baju biasa, yang kedua memakai baju serba putih. Dia berkata padaku agar aku tak akan melupakannya. Karena dia akan pergi menjauh dariku. Itu diperbuatnya untuk kebahagiaanku. Aku bingung dengan kata – katanya. Saat aku tanya, telunjuknya menyentuk mulutku. Dia menyuruhku diam.

Dia mulai menjauhi aku. Menjauh. Dan semakin menjauh. Aku memanggilnya. Dia hanya menoleh dan tersenym padaku.

Suara telephone mengagetkanku saat aku melamun sambil makan kue kumis kucing buatan ibu.

“Ibu ada telephone”, Tak ada jawaban. Mungkin ibu ke tetangga sebelah.

Kujawab teleponenya.

“Halo?”

“Apa ini kediaman Ardhi?”

“Ya”

“Kamu adiknya? Aku mau ngabarin temennya, Syeka tadi pagi kecelakaan dan sekarang sedang sekarat.”

“Apa?”

# # # #

Rabu, 18 Februari 2009

God,

This is the las time that I say this words.

These things I’ll never say again.

These things I’ll forget.

These things I’ll never regret.

These things I’ll not mind.

I love him more than I can say.

Mataku sembam. Pandanganku kosong. Dua hari yang lalu pemakaman Syeka. Sudah 3 hari aku bolos sekolah. Aku hanya berdiam diri di kamar. Aku tak sanggup makan. Aku menyesal. Aku merasa, aku telah siap dipanggil Yang Maha Kuasa. Setiap hari aku selalu dibujuk ibu untuk makan. Aku tak punya daya. Hanya diam.

“Sa, boleh mas masuk?”, Aku tak menjawab. Mas Ardhi “Kamu menyesal dengan kematian Syeka? Kalo aku boleh cerita, sebenarnya Syeka udah suka sama kamu mulai ketemu kamu. Waktu ayah kita ninggalin kita, Syeka udah kenal kamu. Tapi kamu tak tahu. Syeka adalah anak om Arwan, adik istri ayah. Kamu masih ingat, waktu kamu nangisi ayah waktu perceraian ibu selesai di pengadilan? Kamu pernah dikasih sapu tangan bercorak biru sama anak cowok kan? Inisialnya “S”. cowok itu adalah Syeka. Setelah mas masuk perguruan tinggi, mas kaget, ternyata Syeka masih ingat kamu. Dia Sayang banget ama kamu. Sampai 5 hari yang lalu dia baru berani ngungkapin isi hatinya.

Sa, mas minta, kamu jangan ngelupain dia ya.”, Mas Ardhi membelai rambutku “Mas keluar ya?”

Mas Ardhi menutup pintu kamarku. Radio di kamarku tiba – tiba menyala. Terdengar lagu Hening-nya Samsons di radio

Andaikan kusanggup untuk

Memutar kembali waktu

Tak pernah sekejap pun

Kualihkan engkau dari perhatianmu

Selama, hidupku

hanyalah dirimu yang sanggup

menempati ruang- ruang hidupku.

“Yak pendenngar setia Ramadana FM gue bakalan muterin lagunya Andra and the backbone yang ditujukan buat Shysa dari Syeka yang ada di jauuuuhhh sana. Gue bakalan ngimpen cinta lo di hati gue. Gitu katanya. Wihhh so sweet banget dah… oke pendengar yang setia…”, Oceh sang penyiar radio.

Hp-ku berbunyi.

Syeka calling

“Halo?”

“Sa, ini gue, lo pasti lagi dengerin radio kan? Udah denger pesen gue belum?”

“Udah. Thanks yah”

“Sama – sama. Dengerin lagu pesenan gue yah”

Sambungan terputus.

Kurebahkan tubuhku di kasur. Lama kelamaan mataku tertutup dialuni oleh lagu Tak Ada Yang Bisa milik Andra and the Backbone.

Saat kupejamkan kedua mataku.

Dan kubanyangkan disampingmu.

Rasakan slalu hangatnya pelukmu itu.

Dan ku genggam lembut kedua tanganmu.

Seakan takut kehilanganmu.

Kuingin selalu, hatimu untukku

Tak ada yang bisa, menggantikan dirimu.

Tak ada yang bisa, membuat diriku jauh darimu.

Dan ku genggam lembut kedua tanganmu.

Seakan takut kehilanganmu.

Kuingin selalu, hatimu untukku

Tak ada yang bisa, menggantikan dirimu.

Tak ada yang bisa, membuat diriku jauh darimu

Tak ada yang bisa, menggantikan cintamu.

Tak ada yang bisa, membuat diriku jauh darimu

END

0 komentar: