Sebuah Pengaduan


Kilauan cahaya kuning menembus dedaunan hijau pohon itu. Berbagai warna dunia terpancar dari setiap sudut ranting jambu mereh muda. Menulis, menulis semua deskripsi setiap celah – celah pohon.

Aku tepekur sendiri, duduk dengan jarak delapan meter dari pohon itu. Setiap desiran angin menerpa dedaunan yang terlihat tersenyum kepadaku. Makna dari setiap gerakannya mulai membuai otakku untuk bepikir. Keindahan Maha Kuasa Tuhan telah tercipta tepat di depan mataku.

Merah muda, hijau muda, hijau tua, kuning, cokelat dan hitam. Kombinasi warna yang memukau jiwa. Alunan lagu nuansa pagi, penyejuk hati. Lagu, warna, dan suasana jadi satu. Oh, Betapa indahnya hari ini.

Pohon jambu itu meniupkan desahan nafas jiwa yang membawa pesan untukku. “Tetaplah tersenyum sayang, jangan buat hidupmu tersiksa dengan segala kondisi yang ada,”.


Aku sedikit tertegun mendengarnya. Dengan tersenyum miris, kujawab uangkapan itu, “Hidupku, tak semudah yang kau bayangkan. Kau hanya bisa berdiam diri disana, memproduksi makanan untuk manusia dan hewan yang memerlukan. Hanya disana, mengikiti tiupan angina yang membuai. Jika kau dikatakan bergerak, gerakanmu hanya keatas, menembus cakrawala dan kebawah dengan akar yang mengiris tanah.

“Sedang aku? Aku harus bekerja, menjalani aktifitas yang menjenuhkan, besosialisasi, dan berbagai macam cara manusia untuk hidup. Dan itu membuatku sulit bernafas,”.

Hatiku seakan marah dengan pohon itu. Tapi yang kurasakan dedauana itu mulai bergerak lagi, menari – nari, dan tersenyum kepadaku. Tetap tersenyum meski aku kecewa padanya.

KUUKIR PENA DI BAWAH POHON JAMBU BELAKANG KELAS 11 IPS
ZIG-ZAG SMAdaBo
Jumat, 04 Desember 2009

0 komentar: