Special Mom's Day, A Little Angel For Me Part 1

Harum semerbak kue pandan buatan Nila memenuhi dapur rumahnya pagi itu. Jam 5 pagi tadi dia sudah mandi dan sholat berjama’ah dengan suaminya yang sudah 3 tahun mendampinginya. Romi senantiasa memanjakannya dengan kasih sayang dan materi. Apalagi dengan adanya calon bayi yang dikandungnya sekarang, suaminya semakin memanjakannya.

Perutnya yang mulai membuncit itu semakin membuatnya terlihat anggun dan menawan. Selam 3 tahun ia berusaha untuk hamil dan lima kali ia keguguran, akhirnya ia bisa bergembira karena kandungannya kini telah memasuki usai 4 bulan. Dokter telah memberikannya resep obat untuk penguat kandungannya dan vitamin untuknya.

“Good Morning Queen Bee…”, Sapaan sayang dari Romi sedikit mengagetkannya.

“Morning, kamu ngagetin aku aja. Nih aku buatin kue pandan kesukaanmu”

“Thanks Honey, aku makan ya…”, Ucapnya sambil mencomot kue pandan buatan Nila.

“Semalam aku di telephone dokter Arthur, katanya kamu diminta untuk ke kliniknya nanti sore. Tapi hari ini aku ada lembur. Bagaimana? Apa aku suruh Taryo supir kantor saja yang mengantarkanmu?”

“Ya sudah aku pergi sendiri saja. Lagian aku harus beli susu untuk kehamilanku. Biar aku ajak Rifka saja yang menemaniku”

“Oke Honey, aku berangkat dulu sayang, jaga baby kita..”, Pamitnya tak lupa mengecup kening Nila.

Nila mengantarkannya sampai ke gerbang dan melambaikan tangan. Setelah mobil suaminya hilang di tikungan, diapun kembali ke dalam rumah.

***

Mila menyentuh perutnya yang mulai membesar dengan lembut. Perih rasanya mengingat nasibnya yang boleh dikatakan tragis. Dengan kehamilannya yang sudah masuk usia 5 bulan, bagaimana ia bisa membiayai persalinan yang semakin tahun selalu naik, sedang dia hanya mengandalkan gaji dari mengajar di SD kecil?

Suaminya meninggal 2 bulan yang lalu. Seharusnya saat ini dirinya masih dalam masa berkabun. Tapi wajahnya tetap tegar menerima kenyataan itu.

Setelah 2 kali keguguran, akhirnya janin yang ada diperutnya kini berkembang dengan baik, bahkan sangat sehat. Sudah lama suaminya mengharapkan kehadiran buah hatu itu, tapi sayang suaminya tak bisa melihat dan mendampinginya nanti jika ia melahirkan. Hidup benar – benar rahasia Tuhan. Tak ada yang tau apa yang akan terjadi nanti.

Pagi ini, mila harus mengajar mulai jam 7 pagi. Dengan seragam kerja warna cokelat krem dengan dipadu jilbab warna senada, dia telah siap kerja. Dilihatnya bentuk tubuh di cermin. Seragam yang pas badan tak bisa menutupi perut besarnya. ‘Sepertinya aku butuh seragam lagi. Dan itu artinya aku harus mengeluarkan uang lagi untuk membuat seragam.baru’ Pikirnya.

Jam di atas cerminnya menunjukkua pukul 06.35. dia segera beranjak dari situ jika tak mau telambat mengajar karena tak dapat angkot pagi.

***

Dihembuskan kuat – kuat rokok Mild, dan menghembuskan asap putih dari mulut mungilnya. Shila uring – uringan sendiri. Bagaimana cara menutupi kehamilannya? Pikirnya. Kalau sampai pelanggannya tau kalai dirinya hamil, bisa – bisa dia tak kan mendapatkan uang. Lalu bagaimana cara menyambung nyawanya?

Kalau bukan gara – gara bujuk rayu Pak Anton pengusaha kaya raya yang menjanjikannya bakal jadi istri kedua, pasti kehamilan ini tak kan pernah ada. “Brengsek!”, Maki Shila.

Sore ini dirinya janjian dengan pelanggan setianya, dan pagi ini tak ada pekerjaan yang berarti. Dia hanya bisa duduk – duduk santai di Bar milik Mih Mirna, germonya.

“Heh Shila!! Enak bener lu duduk – duduk sante kayak tuan puteri…”, Sapa Mih Mirna dengan suara laki – lakinya yang di merdu – merdukan.

“Sirik amat lu Mih! Gak tau kalo gua lagi stres apa?”

“Nape lo stress? Tuh, dicari pelanggan lo di luar…”

“Sapa Mih?”

“Liat aja sendiri sono, udah… temuin tuh..”

Dengan langkah terseret, Shila berjalan ke luar Bar itu.

***

Special Mom's Day, Ibu yang Malang (Penyesalan)


Abby terpuruk dalam diam. Meresapi segala kesedihan yang ada. Kenyataan yang pahit tentang dirinya. Tangisannya tenggelam dalam derasnya hujan. Melarutkan segala sakit hatinya. Mengalir diatas tanah pemakaman, tanah merah yang menyimpan sejuta kenangan tentang dirinya dan ibunya.

Dia tetap terisak dalam aliran hujan. Menyesali semua yang telah ia lakukan. Bentakan itu, pukulan itu, omelan itu, masih terekam jelas dalam memory otaknya. Segalanya tentang ibu dan dirinya. Saat ibunya marah, memukulnya, dan yang terakhir mengusirnya.

Darma, suami yang baru 2 bulan mendampingi hidupnya, menghampiri dan memeluknya.

“Itu sudah takdir”, Hanya kalimat itu yang terucap dari mulut Darma.

Abby masih terus berlutut di depan nisan bertuliskan ‘RIANTI ANARITA’, ibunya. Yang terakhir terlihat, dia mulai memeluk batu nisan ibunya, hingga ia jatuh pingsan.

****

Tiga jam yang lalu, Abby masih ceria. Setelah turun dari mobilnya, dai dan sumainya langsung menuju ke gang dekat warung kopi. Para penduduk heran dengan kedatangannya. Seorang model yang sedang naik daun dan dikabarkan telah menikah dengan anak dari pengusaha modeling tempatnya bekerja 2 bulan lalu.

Abby terus saja melangkahkan kakinya sambil menggandeng tangan suaminya sambil tersenyum jika bertatap muka dengan orang.

“Nanti kalo aku diusir ibu lagi, mas yang tanggung jawab loh. Aku kan udah bilang kalo ibuku itu gak bener. Dia dulu suka mukulin aku. Oh ya kira – kira keadaan ibu gimana ya? Apa masih kerja kayak dulu?”

Darma hanya mengangkat tanyanya tanda tak tau.

“Kita cuman ngeliat kan? Nyerahin uang ini terus kita pergi. Aku masih takut kalo dipukul lagi… gak usah ngajak dia pindah ke rumah kita ya?”, Dipandangnya suaminya yang masih bergeming. “Mas Darma ngomong dong!”

“Iya sayang. Kita langsung pulang”, Jawab suaminya singkat.

Tak teresa mereka telah sampai di depan rumah bercat pink biru yang sudah mengelupas. Warna yang sama sejak ditinggalnya 3 tahun yang lalu.

“Permisi”, Ucap Abby sambil mengetuk pintu usang itu. Lama sekali, tak ada jawaban. Saat Abby akan mengetuk lagi, pintu tiba – tiba terbuka.

“Ya, cari siapa ya?”, Jawab orang yang membukakan pintu.

“Bi… Bi Yanti! Bi ini Abby bi!”, Sapa Abby girang.

“Abby, ini bener – bener kamu?”, Yanti histeris dan langsung memeluk Abby. “Ini suami mu? Kamu ngetop ya By sekarang… bibi kangen sama kamu”, Ucapnya setelah melepas pelukan.

“Iya bi ini Darma suamiku. Ngomong – ngomong, ibu mana?”

“Ibumu… emh, duduk dulu By, aku ambilkan minum dulu ya? Ayo duduk.”

Abby dan suaminya duduk dalam dia sambil menunggu kedatangan Bi Yanti dari dapur.

“Sayang, ada yang aneh.”, Kata Damar tiba – tiba.

“Aneh apa?”, Tanya Abby bingung

“Maaf ya menungu lama… ini silahkan diminum”, Bi Yanti datang dan langsung menghidangkan teh.

“Ibu mana sih bi? Kok gak keliatan? Apa masih kayak yang dulu? Masih main – main sama laki - laki?”, Tanya Abby lagi

“Abby, jangan ngomong itu.” Yanti memberi jeda, seakan menguatkan jiwanya untuk berkata kembali “Bibi gak kuat ngomong sebenarnya sama kamu, mending kamu baca surat yang ditulis ibumu”, Jawab Yanti sambil menyerahkan surat lusuh itu.

Abby segera membuka surat itu. Semula, wajahnya berkerut tanda tak mengerti, tapi setelah membaca beberapa saat, butiran air mata Abby mulai menetes dan membanjiri pipinya. Sedang Yanti sudah menangis dalam diam.

“Apa maksudnya ini bi? Apa?”, Abby histeris.

“Maaf, aku gak bisa jaga ibumu Abby, surat itu ditulis seminggu sebelum ibumu meninggal dua tahun yang lalu sebelum kamu ngetop By, maaf…”

Damar langsung merebut surat itu dan mulai membacanya.

Abby anakku.
Maafkan aku jika aku tak pernah membuatmu senang. Aku hanya bisa memukulimu disaat aku marah. Maaf Abby, aku tak bisa membuatmu tersenyum dan selalu saja membentakmu dengan kata – kata kotor. Kau tau sendiri kan ibumu ini memang orang yang kotor?

Saat kamu tak ada aku selalu uring – uringan mencarimu. Walau tak ada hasilnya. Yang ada malah dibohongi laki – laki yang katanya ingin membantu aku menemukanmu. Aku disuruhnya dengan paksa melayani teman – temannya tanpa harus dibayar.
Aku khilaf telah mengusirmu malam itu. Pasti kau menyimpan rasa sakit hati itu sampai hati yang terdalam.

Aku memang pelacur Abby, tapi aku juga ingin menjadi ibu, ibu yang baik untukmu, tapi aku merasa tak pantas menjadi ibumu. Dan akupun memukulimu Karena aku tak tau bagaiman cara mengekspresikan kasih sayang itu. Aku hanya tau bagaimana cara membelai laki – laki hidung belang saja.

Kau tau, aku tak mengerti kenapa aku memungutmu dari bawah jembatan saat usiamu 6 tahun. Tapi aku merasa, kau adalah malaikat kecilku yang akan menemani hidupku yang sepi ini. Makanya kau kupanggil Abby, Abby artinya malaikat.
Malaikat kecilku.

Aku ingin memberitahumu, aku tejangkit penyakit. HIV. Karena aku sering bermain dengan laki – laki.

Sebelum aku mati karena penyakit yang menggerogoti tubuhku ini, aku ingin mengucapkan bahwa AKU SANGAT SAYANG PADAMU. Mungkin aku sangat terlambat mengatakannya, tapi aku benar - benar sangat mencintai dan menyayangimu dari lubuk hati. Maafkan ibu Abby, hanya bisa mengatakannya lewat surat.

Maafkan aku Abby…






NB: Sejahat apapun ibu kita, dia tetap manusia terbaik yang pernah diciptakan Allah SWT. meski ia bukan ibu sebenarnya, tapi wanita manapun pasti memiliki sifat keibuan.

This Is Me You're Thalking To - Trisha Yearwood

This Is Me You're Thalking To - Trisha Yearwood, yang mewakili hatiku saat ini.

AMAZING VIDEO

Sebuah Pengaduan


Kilauan cahaya kuning menembus dedaunan hijau pohon itu. Berbagai warna dunia terpancar dari setiap sudut ranting jambu mereh muda. Menulis, menulis semua deskripsi setiap celah – celah pohon.

Aku tepekur sendiri, duduk dengan jarak delapan meter dari pohon itu. Setiap desiran angin menerpa dedaunan yang terlihat tersenyum kepadaku. Makna dari setiap gerakannya mulai membuai otakku untuk bepikir. Keindahan Maha Kuasa Tuhan telah tercipta tepat di depan mataku.

Merah muda, hijau muda, hijau tua, kuning, cokelat dan hitam. Kombinasi warna yang memukau jiwa. Alunan lagu nuansa pagi, penyejuk hati. Lagu, warna, dan suasana jadi satu. Oh, Betapa indahnya hari ini.

Pohon jambu itu meniupkan desahan nafas jiwa yang membawa pesan untukku. “Tetaplah tersenyum sayang, jangan buat hidupmu tersiksa dengan segala kondisi yang ada,”.


Aku sedikit tertegun mendengarnya. Dengan tersenyum miris, kujawab uangkapan itu, “Hidupku, tak semudah yang kau bayangkan. Kau hanya bisa berdiam diri disana, memproduksi makanan untuk manusia dan hewan yang memerlukan. Hanya disana, mengikiti tiupan angina yang membuai. Jika kau dikatakan bergerak, gerakanmu hanya keatas, menembus cakrawala dan kebawah dengan akar yang mengiris tanah.

“Sedang aku? Aku harus bekerja, menjalani aktifitas yang menjenuhkan, besosialisasi, dan berbagai macam cara manusia untuk hidup. Dan itu membuatku sulit bernafas,”.

Hatiku seakan marah dengan pohon itu. Tapi yang kurasakan dedauana itu mulai bergerak lagi, menari – nari, dan tersenyum kepadaku. Tetap tersenyum meski aku kecewa padanya.

KUUKIR PENA DI BAWAH POHON JAMBU BELAKANG KELAS 11 IPS
ZIG-ZAG SMAdaBo
Jumat, 04 Desember 2009